Kenapa Perlu Memilih Mee Kuning Yang Halal dan Bersih? - Muslim Food Industries
Mee_Kuning_Teow_Kuey_Kway_Muslim_Halal_Cili_Boh_Laksa_Terengganu_Beras_Sedap_Rojak_Muslim_Food_Industries
Muslim Mee Goreng Mamak
July 20, 2017
Nak Sihat Bersama Keluarga Tersayang???
July 29, 2017
Mee_Kuning_Teow_Kuey_Kway_Muslim_Halal_Cili_Boh_Laksa_Terengganu_Beras_Sedap_Rojak_Muslim_Food_Industries
Muslim Mee Goreng Mamak
July 20, 2017
Nak Sihat Bersama Keluarga Tersayang???
July 29, 2017
Show all

Kenapa Perlu Memilih Mee Kuning Yang Halal dan Bersih?

Mee_Kuning_Teow_Kuey_Kway_Muslim_Halal_Cili_Boh_Laksa_Terengganu_Beras_Sedap_Rojak_Muslim_Food_Industries_04

Mee_Kuning_Teow_Kuey_Kway_Muslim_Halal_Cili_Boh_Laksa_Terengganu_Beras_Sedap_Rojak_Muslim_Food_Industries_04

Mee_Kuning_Teow_Kuey_Kway_Muslim_Halal_Cili_Boh_Laksa_Terengganu_Beras_Sedap_Rojak_Muslim_Food_Industries_04

Makanan Halal Menyebabkan Badan Sehat, Berkah dan Diterimanya Ibadah

Admin Hidcom

TAHUKAH ANDA, makan makanan yang halal merupakan kunci untuk membuka pintu kebersihan hati, kezuhudan terhadap dunia, bertutur kata yang baik dan pancaran hikmah lewat lisannya.
Orang yang mengonsumsi makanan yang haram atau diperoleh dengan cara yang haram adalah sebaliknya. Seorang mukmin tidak boleh tidak harus makan makanan yang halal.
Kewajiban ini berdasarkan hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam:
“Bekerja mencari yang halal itu suatu kewajiban sesudah kewajiban beribadah.” (Hadits Riwayat Thabrani dan Baihaqi).
Abu Hurairah r.a mengisahkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Seseorang yang memperoleh (harta) secara sah (halal), menyelamatkan dirinya dari minta-minta dan menunaikannya demi makan dan minum keluarganya dan menolong tetangganya, akan berjumpa Allah Subhanahu Wata’ala. Di hari pengadilan dengan wajah bercahaya bagaikan bulan. Dan seorang yang memperoleh (harta) secara tidak halal dengan suatu pandangan lebih beruntung dari-pada sebelumnya dan untuk menunjukkan bahwa kekayaannya lebih besar dari pada orang lain, akan bertemu dengan Allah Subhanahu Wata’ala. Dalam kemurkaan.“ (HR. Baihaqi)
Karena merupakan kewajiban, maka mencari sesuap nasi harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Perut kita harus diisi dengan makanan dan minuman yang halal dan baik. Karenanya, pilihlah makanan yang halal.
Jika makanan dan minuman yang dikonsumsi halal dari segi zatnya dan diperoleh dengan cara yang halal pula, maka makanan dan minuman yang masuk ke dalam perut akan menjadi darah dan daging yang melahirkan energi positif serta memudahkan langkah seseorang melakukan amal-amal mulia.
Sebaliknya, jika makanan dan minuman yang masuk ke dalam perut berasal dari barang haram atau diperoleh dengan cara yang tidak benar seperti mencuri, menipu, merampok dan korupsi, maka ia akan menjadi energi negatif yang pada akhirnya menarik seseorang untuk cenderung kepada perbuatan-perbuatan maksiat.
Ketika anak-anak kita beri makanan dan rezeki dari sumber yang halal, maka mereka akan mudah dibimbing dengan akhlak mulia. Mereka juga akan mudah melangkah kepada kebaikan-kebaikan sehingga impian mendapat anak yang shalih akan terwujud.
Ihwal makan makanan halal dan haram ini, Sahl bin Abdullah at-Tusturi berkata, “Siapa yang makan makanan yang haram, mau atau tidak mau, anggota tubuhnya akan cenderung kepada maksiat, baik disadari atau tidak. Siapa yang memakan makanan halal, niscaya anggota tubuhnya akan berbuat taat dan diberi taufik untuk berbuat kebaikan.”
Allah mengingatkan kita agar selalu mengonsumsi makanan yang halal;
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُواْ مِمَّا فِي الأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّباً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS: Al-Baqarah: 168).
Tidak hanya halal saja, tapi makanan yang masuk ke dalam perut juga harus baik, tidak mengandung resiko atau mengganggu kesehatan seperti misalnya rokok. Rokok jelas tidak baik dari segi kesehatan. Oleh karena itu, ia menjadi tidak layak untuk dikonsumsi.*/Ali Akbar bin Aqil, catatan Diskusi di Islamic Book Fair di Malang.  (Bersambung)
muslimmeekuningpromo
muslimkueyteowpromo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.